Selasa, 02 Juli 2013

One Way to Miracle



Suatu hari Bodin (seorang mahasiswa di suatu kampus di bandung) hanya mempunyai sisa uang 50.000 di kantongnya. Namun, dia ingat bahwa hari itu adalah hari ulang tahunnya. Oleh karena itu – entah karena kebodohannya atau karena kepintarannya yang melebihi rata-rata – dia malah menyisihkan 40.000 uangnya untuk mentraktir teman-temannya. Alhasil saat ini sisa uang bodin tinggal 10.000 rupiah.
Namun dihatinya ia hanya mempunyai satu niat, yaitu ia ingin menyenangkan teman-temannya. Tanpa pamrih.

Malam harinya ia lalui dengan tenang tanpa merisaukan uangnya yang hanya tinggal 10.000. dia yakin bahwa ‘Alloh pasti akan menggantinya.’

Dan memang, keunikan, terjadi tepat pada keesokan harinya. Sewaktu pagi entah mengapa ia ingin sekali berjalan-jalan berolah-raga ringan di sekitar kampusnya.

Di tengah-tengah olah raga paginya ia duduk di bangku taman, untuk beristirahat sejenak. Beberapa menit kemudian sewaktu ia sedang beristirahat, tiba-tiba dari balik semak-semak muncul seorang bapak setengah baya, tanpa basa-basi, lalu bertanya : “Dek, boleh minta tolong nggak??”

Karena kaget, Bodin langsung saja menjawab, “Iya, Iya Boleh Pak!”
“Tolong antarkan bapak ke Bank BNI terdekat, soalnya nanti siang bapak mau mendaftarkan anak bapak kuliah di kampus ini, namun uangnya masih di Bank, belum bapak ambil. Gimana, bisa nggak?? Kamu tau kan??” Tanya bapak itu lagi.

Karena masih dalam keadaan panik dan bingung langsung saja Bodin menjawab : “Bisa Pak! Iya tahu!!”
Bodin pun lalu mengambil motor dan mengantarkan bapak itu pergi ke Bank BNI terdekat. Sebenarnya Bodin sendiri sendiri tidak tahu menahu soal Bank BNI di wilayah itu, karena ia sendiri menggunakan Bank Mandiri untuk menyimpan uangnya.

Namun karena rasa simpatinya kepada bapak yang ternyata berasal dari medan itu, ia berniat untuk berusaha semampunya.

Setelah ½ jam mencari, berputar-putar di sekitar Bandung Selatan, hingga akhirnya sampai di Jl. Soekarno Hatta, tiba-tiba Bapak itu berkata : “Dek di depan itu Bank BNI-nya ya?maksud kamu di sana??”
Bodin pun melihat dan ternyata benar di sana ada Bank BNI. Bodin pun menjawab : “Iya Pak benar! Akhirnya sampai juga.” Dan mereka berdua pun akhirnya berhenti di sana, dan bapak itu masuk ke dalam Bank untuk mengambil uangnya.

Pada akhir cerita, mereka berdua pun kembali ke kampus dan bapak itu mengucapkan terimakasih atas kebaikan yang telah dilakukan kepadanya. Kemudian bapak itu memasukkan uang sebesar 45.000 ke dalam saku Bodin. Dia berkata, “Ini dek buat Adek, sebagai ucapan terimakasih.”

Namun Bodin karena tidak enak ia pun menolak dan mencoba mengembalikan lagi uang itu. Namun Bapak itu menahan tangan Bodin, dan berkata, “Terima ini, atau saya marah!” kata Bapak itu dengan logat medannya yang kental, sambil memperlihatkan kepalan tinjunya.
Bodin pun mau tidak mau akhirnya menerima uang itu, karena ia tidak mau kalo dirinya akhirnya ditonjok karena telah berbuat baik.

Akhirnya Bodin pamitan, dan mereka berdua pun saling mengucapkan terimakasih satu sama lain.
Bodin pun pulang dan berkata dalam hati : ‘terimakasih ya Alloh, baru saja kemaren hamba sedekah 40.000 sekarang engkau telah menggantinya dengan 45.000. terimakasih ya Alloh..”

Bodin pulang ke kosannya dengan perasaan bingung, senang, aneh, dan bahagia yang bercampur menjadi satu. Dan bersyukur atas kejadian unik yang telah terjadi pagi ini. Dia pun akhirnya percaya bahwa “keajaiban itu ada, dan tidaklah kebaikan kecuali akan dibalas kebaikan lagi yang serupa, bahkan lebih, oleh Alloh.”

Di tengah perjalanannya pulang ke kosannya, dia melihat dan baru menyadari bahwa kampus tetangga di samping kampusnya ternyata ada Bank BNI-nya…

***PositifHealing™***

Selasa, 20 November 2012

Kisah Katak Yang Berani Memaafkan Dirinya




 
Suatu ketika ada seekor katak muda yang tersandung karena sebuah batu kecil. Sehingga menyebabkan kakinya kirinya patah. Karenanya, ia tidak bisa berjalan dan melompat selincah dahulu. Ia merasa sedih, bahkan berfikiran hendak bunuh diri.

Di tengah kesedihannya ia berjalan menyusuri sungai, dan menatap syahdu ke arah sungai. Kemudian ia melihat ikan salmon di dalam sungai yang sedang berenang dengan teraturnya. Namun uniknya, ia menyadari bahwa ternyata ikan salmon itu sedang berenang melawan arus sungai, dan yang lebih tidak masuk akal lagi, ikan-ikan salmon itu berenang ke arah hulu sungai. Bukankah itu suatu hal yang sangat berat untuk dilakukan.
Katak itu berkata dalam hatinya : ‘mengapa ikan salmon itu mempersulit dirinya untuk hidup seperti itu? bukankah lebih nyaman untuk hidup di hilir sungai seperti ini saja, di bawah sini?’

Kemudian tiba-tiba, seorang katak tua yang selama ini tanpa di sadari ternyata ada di belakangnya, memperhatikannya dari balik pohon, berkata : “kau tahu mengapa ikan-ikan salmon itu mati-matian berjuang untuk hidup seperti itu?”

Katak muda hanya terdiam. Menunggu apa yang hendak katak tua katakan selanjutnya.
Katak tua melanjutkan : “Dahulu kala, sungai di daerah ini tidak berarus, tidak ada hulu dan tidak ada hilir, para pendahulu ikan-ikan salmon tersebut bebas berenang ke sana ke mari dengan mudahnya, mencari makan, bertelur, dan merawat anak.”

“hingga suatu ketika, daratan ini tiba-tiba terangkat, lalu tempat ideal untuk bertelur dan merawat anak pun ikut terangkat ke atas, dan terbentuklah hulu sungai.”
Katak muda itu hanya terdiam mendengarkan dengan seksama.

Kemudian, katak tua melanjutkan,

“sejak saat itu, para ikan salmon kebingungan, karena kebingungan bagaimana mereka akan meneruskan keturunan. Kemudian para sesepuh ikan salmon bersepakat untuk berenang melawan arus, dan pergi ke hulu, demi melanjutkan generasi mereka.”
“Pada awalnya, mereka kesulitan untuk hidup dengan cara itu.”
“Namun, lama kelamaan mereka mulai terbiasa dengannya, dan merasa nyaman dengan cara hidup mereka seperti itu”
“apakah kau tidak bisa melihatnya, ikan-ikan salmon itu tidak terlihat kesusahan sama sekali. Bahkan mereka terlihat bahagia.”
“Dan konon, sejak saat itu generasi ikan salmon selanjutnya, tubuhnya cenderung lebih besar dan anak-anak mereka lebih banyak yang mampu bertahan hidup dibandingkan dengan generasi sebelumnya.” kata katak tua.


Dari dalam mata katak muda itu terlihat sebuah sepercik semangat yang mulai menyala.
Kemudian ia melakukan gerakan aneh.

“Apa yang hendak kau lakukan??” sela katak tua.
“Aku ingin seperti ikan-ikan salmon itu.” jawab katak muda.
“???” katak tua tidak mengerti maksud dari perkataannya.

Kemudian katak muda itu berdiri, dengan ketiga kakinya. Ia lalu mencoba bertahan berdiri dengan ketiga kakinya. Namun, kemudian ia terjatuh. Ia, lalu bangkit lagi, berdiri dengan ketiga kakinya. Namun, sayangnya ia jatuh lagi.

Kemudian, ia bangkit lagi, mencoba sekali berdiri dengan ketiga kakinya. Namun, sekali lagi ia terjatuh lagi. Ia terus mengulanginya lagi, bangun dan jatuh lagi hingga ke sekian kalinya.
Katak tua yang melihatnya, hanya bisa menyaksikan perjuangannya, tanpa mengatakan apa-apa.

Kemudian, katak muda itu memalingkan wajahnya ke arah katak tua dan berkata,
“Aku akan berjalan dan melompat dengan ketiga kakiku ini, dan melahirkan anak-anak yang lebih kuat daripada katak-katak yang ada saat ini.”

Pada beberapa hari kemudian, katak itu akhirnya berhasil berdiri. Kemudian berjalan. Hingga akhirnya bisa melompat lagi walau hanya dengan ketiga kakinya.

***
Lihat Cerita Lebih Banyak di Positif Healing Versi Wordpress

Label: ,

Rabu, 31 Oktober 2012

Kisah Keranjang Batu Bara



Di Suatu sore yang indah, seorang cucu sedang berkunjung ke rumah kakeknya yang tenang dan asri di pinggiran sebuah hutan nan hijau. Sesampainya di sana, si cucu mendapati kakeknya sedang melakukan aktivitas sholat dan zikir. Demi menghormati si kakek, si cucu menunggunya hingga si kakek selesai.

Setelah si kakek selesai, si kakek berkata, “Eh, si cucu, ada apa gerangan yang membawamu kemari?”
Si cucu menjawab, “Ini kek, ada kiriman kue Pie (sebenarnya Cuma pisang goreng, namun agar terdengar keren, si cucu terbiasa menyebutnya “pie”) dari ibu.”

Rumah kakek tersebut tidak terlalu jauh dari rumah si cucu dan ibunya (anak si kakek), oleh karena itu terkadang si cucu suka main ke sana.

Kemudian si cucu bertanya, “kalo saya perhatikan, kakek barusan begitu menikmati aktivitas sholat dan zikir yang kakek lakukan, mengapa bisa seperti itu kek? Padahal kalo saya sendiri tidak kuat bila harus sholat lama-lama, apalagi ditambah zikir panjang seperti itu. sampai sekarang saya belum mengerti tentang keutamaan sholat dan zikir itu kek.”

Kakek menjawab, “kau ingin tahu mengapa?”
“Iya, kek,” jawab si cucu.
Kemudian si kakek mengambil sebuah keranjang besi, yang kemudian ia masukan beberapa bongkahan batu baru ke dalamnya hingga cukup penuh.


 
lalu si kakek mengatakan, “Sekarang coba kau ambilkan air di sungai menggunakan keranjang batu bara ini. niscaya kau akan mengetahui jawaban atas pertanyaanmu tadi.”

Tanpa berkomentar, Si cucu pun kemudian langsung melakukan sesuai dengan apa yang kakek perintahkan. Si cucu pergi ke dalam hutan, mencari-cari ke sana ke mari, untuk menemukan di mana sungai berada.
Setelah berjalan cukup lama, si cucu pun menyerah kemudian kembali ke rumah si kakek.

“Kek, saya sudah berputar-putar di dalam hutan, tapi tidak satu pun sungai yang ku temukan. Apa maksud kakek menyuruh saya melakukan hal seperti ini??” tanya si cucu sambil kelelahan.

“Maksud kamu yang apa??!!  Sungainya dari dulu ada di belakang rumah kakek ! mengapa kamu malah mondar-mandir di dalam hutan??! Memang kamu lupa ya?! ” si kakek bertanya balik.

“Astaghfirullah! Oh iya, maaf kek, saya lupa. sebentar kek, saya ambil dulu airnya.”
***
Kemudian si cucu pun pergi ke sungai yang ada di belakang rumah si kakek.
Setelah mengambil air di sungai, kemudian si cucu pergi kembali menemui kakek. Namun, sesampainya di hadapan kakek, keranjang batu bara tersebut tidak sedikitpun tersisa air.

“Yah kek, airnya ga ada, semuanya merembes keluar.” Kata si cucu.
“Lakukan lebih cepat lagi.” Pinta si kakek.

Lalu si cucu pergi lagi ke sungai dan mengambil air, kemudian cepat-cepat ia kembali ke rumah kakek. Namun sesampainya di sana, sekali lagi airnya tidak tersisa, karena sudah habis merembes keluar sepanjang perjalanan tadi.

Kemudian si kakek berkata, “Lakukan lebih benar lagi.”
Si cucu pun kembali lagi ke sungai, mengambil air lagi, kemudian kembali lagi ke rumah kakek. namun, sekali lagi isi air habis sama sekali.

Si kakek berkata, “Lakukan dengan penuh konsentrasi!”
Si cucu pun mencoba sekali lagi, mengambil air menggunakan keranjang, kemudian kembali lagi ke rumah dengan upaya sebisa yang mungkin ia lakukan. Namun, sekali lagi air tersebut telah merembes keluar semuanya, hingga tak ada sisa sama sekali.

Si cucu mengatakan, “Kek, saya sudah mencoba berkali-kali, namun hasilnya tetap saja sama, semua air telah habis merembes keluar sebelum sempat saya tiba di sini. Sekarang tolong jelaskan apa hikmah dari semua ini??”

Kakek menjawab, “Sekarang coba kamu perhatikan, keranjang tersebut, dan perhatikan batu bara yang ada di dalamnya.”

Kemudian, si cucu melihatnya, dan mendapati bahwa batu bara yang selama ini ia bawa di dalam keranjang, tanpa disadari telah tercuci bersih oleh air sungai yang selama ini ia ambil.

Si cucu seolah mulai mengerti dari apa yang telah si kakek perintahkan, wajahnya merekah tersenyum seketika itu juga, bagaikan mentari yang mulai bersinar di sebuah pagi yang cerah.
***
Lihat Cerita Lebih Banyak di Positif Healing Versi Wordpress

Label: ,

Sabtu, 12 Juni 2010

Catatan Awal


"Bila kau ingin mencari kesempurnaan, mungkin selamanya tak kan kau dapatkan. namun bila kau sempurnakan segala sesuatunya dengan Syukur, niscaya sempurnalah segala sesuatunya." Lihat Cerita Lebih di Positif Healing Versi Wordpress

Teks berjalan dari kanan ke kiri Read more: http://warnainfo.blogspot.com/2012/04/cara-membuat-tulisan-berjalan-marquee.html#ixzz2r5opFK56